PUSPA ( Perpustakaan Pantai ) Sebagai Upaya Perpaduan Budaya Membaca Dengan Rekreasi
Membaca adalah suatu kegiatan untuk memahami huruf dan kata - kata lebih dari itu membaca adalah sebuah rangkaian kegiatan untuk memahami, dilakukan pembaca untuk mendapatkan pesan dari sang penulis. Tujuan utama membaca adalah mencari informasi atau informasi hal baru dari sebuah bacaan yang dibaca selain itu juga untuk tujuan membaca adalah untuk memperoleh dan memperbaharui pengetahuan sekaligus mengaitkan informasi baru dengan informasi yang sebelumnya telah dimiliki sehingga membaca dapat membandingkan informasi satu dengan yang lainnya.
Daripada seseorang yang gemar membaca akan lebih tau banyak mengenai suatu hal dibandingkan dengan orang yang tidak suka membaca. Dalam masyarakat Indonesia membaca bukan merupakan sebuah hal yang penting dan utama hal ini dibuktikan dari data hasil penelitian Program for International Student Assessment (PISA) rilisan Organisation for Economic Co-Operation and Development (OECD) tahun 2015 yang menunjukan bahwa tingkat literasi Indonesia berada di urutan 62 dari 70 negara di dunia. Bahkan pada bulan Maret 2016 menurut survei Lembaga dunia CCSU, tingkat literasi Indonesia berada di urutan 61 dari 62 negara berada hanya satu tingkat diatas negara bostwana dari benua afrika. Hal ini diperparah dengan performa membaca dari masyarakat Indonesia sendiri yang berada di urutan 44 dengan skor nilai (397) bahkan jika disandingkan dengan negara-negara besar seperti jepang atau amerika serikat jumlah buku yang dibaca oleh masyarakat indonesia per tahun presentasenya hanya sekitar 0, 1 persen atau sekitar 1 buku per tahun hal ini sangat berbanding terbalik dengan masyarakat Amerika Serikat yang dapat membaca hingga mencapai 5-7 buku dalam satu tahun bahkan masyarakat jepang dapat membaca hingga 10 buku dalam satu tahun. Jika melihat dari data diatas sungguh-sungguh keadaan bangsa Indonesia terutama dalam literasinya dunia hal ini sangat tidak sesuai dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2017 tentang Sistem Perbukuan. Pada pasal 4 yang mengatakan bahwa tujuan penyelenggaraan sistem perbukuan adalah untuk menumbuhkembangkan budaya literasi seluruh Warga Negara Indonesia.
Banyak peradaban maju di dunia dilandasi akan pendidikan yang berkualitas dan budaya membacanya yang tinggi. Ada beberapa faktor penyebab rendahya minat membaca masyarakat Indonesia antara lain:
• Kebiasaan membaca belum belajar di lingkungan keluarga
• Perkembangan teknologi informasi semakin canggih dan cepat sehingga banyak masayarakat yang ingin serba instan
• Sarana untuk membaca yang minimal
• Sikap malas untuk mengembangkan gagasan sehingga berpengaruh kepada kegiatan mencari referensi dari buku atau sumber ilmu lainnya Rendahnya minat membaca bangsa Indonesia tanpa disadari merupakan sebuah krisis Pendidikan nasional bangsa ini, rendahnya minat membaca akan memberikan efek buruk bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi bangsa Indonesia sehingga dapat menimbulkan kebodohan yang akan menyebababkan kemiskinan dan angka pengangguran serta kriminalitas yang semakin tinggi. Apalagi hal ini akan sangat berpengaruh besar bagi pemuda dan pemudi yang diharapkan dapat melanjutkan tonggak perjuangan bangsa di masa depan.
Kegiatan membaca tidak pernah lepas dari sarana dan prasarana penunjangnya seperti buku atau perpustakaan, di Indonesia sendiri jumlah perpustakaan mencapai 164.610 buah berada di urutan kedua dunia di bawah india dengan jumlah perpustakaan mencapai 323.605 perpustakaan hal ini dibangun oleh kepala perpustakaan nasional muhamad syarif bando dalam catatannya di acara Koordinasi Nasional Bidang Perpustakaan diselenggarakan pada 14 -16 Maret 2019, di Hotel Bidakara, Jakarta. Dengan melihat data diatas idelanya, Indonesia harus menjadi negara dengan budaya literasi yang tinggi sehingga bisa urutan 10 besar dunia dalam budaya literasinya. Tetapi kenyataannya bangsa ini semakin rendah dalam minat membacanya karena sering kali masyarakat menilai perpustakaan adalah tempat yang membosankan dan membuang-buang waktu serta juga menganggap bahwa di dalam perpustakaan selalu dilarang berisik dan dilarang membuat kegaduhan.
Sehingga banyak masyarakat Indonesia menghabiskan waktu luangnya atau liburannya untuk pergi ke tempat-tempat wisata seperti pantai dan sejenisnya. Hal ini diperparah dengan bergesernya fungsi perpustakaan di era sekarang karena banyak generasi yang menganggap perpustakaan hanya sebagai tempat berfoto untuk kebutuhan media sosialnya. Bukan tanpa sebab karena menurut data dari CN travel tahun 2016 dalam kurun waktu 20 tahun terakhir, anak-anak mudalah yang memiliki peran besar untuk membentuk cara baru dalam berwisata. Di Indonesia, dari sekitar 261 juta jiwa penduduknya pada tahun 2016, setidaknya ada 35 persen atau 25 juta anak muda diusia 20 tahun yang gemar wisata. Sebenarnya untuk mengatasi faktor penyebab rendahnya minat membaca pemerintah sudah melakukan upaya antara lain yang diatur perpustakaan di sekolah-sekolah formal dan lingkungan masayarakat di Indonesia. Kemudian menyerukan gerakan literasi tiap sekolah dan melakukan pengadaan buku - buku murah bagi masyarakat Indonesia.
Salah satu upaya lain yang sedang dilakukan adalah memperkenalkan perpustakaan umum kepada publik, banyak perpustakaan membuat inovasi seperti program membangun perpustakaan keliling, perpustakaan di mal, rumah sakit dan sebagainya. Ada juga membuat gerakan membaca sambal bermain yang diperuntukan untuk anak-anak. Melihat masalah yang sudah pelik ini, Besar sekali harapan saya agar dapat menerapkan konsep perpustakaan yang memadukan budaya membaca dengan rekreasi yang bisa membangkitkan minat membaca masyarakat salah satunya memperkenalkan perpustakaan di tempat-tempat wisata yang banyak dikunjungi masyarakat semua kalangan dan umur Salah yaitu pantai.
Layanan perpustakaan yang diberi nama PUSPA (Perpustakaan Pantai) ini, dilatar belakangi karena Indonesia adalah negara yang mempunyai garis pantai terpanjang urutan ke dua di dunia dengan panjang 54.000 km. tentu dengan melihat potensi ini, pasti banyak pantai-pantai yang indah dan dijadikan sebagai destinasi wisata favorit masyarakat. Terlebih lagi, pantai banyak dijadikan sebagai salah satu destinasi untuk liburan keluarga, dimana banyak keluarga berbondong-bondong ke pantai untuk berwisata berkumpul dipinggir pantai ditemani makanan khas pantai, berenang atau bahkan menunggu waktu matahari tenggelam. Dengan melihat keadaan yang seharusnya bisa menjadi salah satu kampanye media untuk memperkenalkan budaya membaca kepada keluarga atau anakanak ketika mereka berada di pantai. Selain itu konsep PUSPA ini juga bisa mengubah pandangan masyarakat tentang perpustakaan yang selalu dilarang berisik, selalu berada di dalam ruangan dan hanya digunakan untuk tugas saja tetapi lebih dari itu bisa menjadi salah satu tempat membaca dan belajar menyenangkan serta tempat mengabiskan waktu ditemani keindahan alam .
Dalam mengaplikasikan konsep PUSPA ini pada kenyataan sama seperti perpustakaan umum pada biasanya, masyarakat bebas memilih buku yang menarik untuk dibaca. Untuk menjaga buku agar tidak hilang akan ada penjaga yang megatur jalannya peminjaman buku dan catatan masuk keluarnya buku. Kemudian setiap ingin meminjam buku harus ada jaminan baik itu KTP maupun kartu identitas, setiap kartu identitas bernilai untuk peminjaman dua buku. Koleksi dari PUSPA ini juga mencakup majalah, buku tentang pengetahuan umum, agama dan koleksi yang berkaitan dengan kota pantai tersebut. Agar masyarakat bisa berperan aktif, PUSPA juga menerima buku hasil sumbangan yang diberikan oleh masyarakat sebagai bagian dari koleksi.
Konsep Perpustakaan sebenarnya sudah di implementasikan di salah satu pantai di negara Perancis yang terletak di pantai Romaniquette, kota Itres. dirancang oleh seorang desainer Perancis Matali Crasset. Ide ini muncul dari Design Center of Marseille Provence (CDMP), yang ingin membuat tren modern baru dengan memadukan kegiatan budaya membaca dengan kenyamanan pantai. Bahkan koleksi buku disana sudah mencapai 150 buku, tidak hanya menyediakan buku bahkan di perpustakaan ini juga menyediakan seorang mediator yang dapat membaca buku untuk pengunjung. Alasan lain dari pentingnya pengaplikasiaan konsep PUSPA ini mengacu pada visi presiden Jokowi salah sataunya yaitu meningkatkan minat membaca atau literasi masyarakat Indonesia melalui langkah dana desa. Presiden Jokowi mengintruksikan agar dana desa bisa dialokasikan bagi pendidikan, khususnya untuk fasilitas perpustakaan. Lagi menurut data yang jumlah kehadiran wisatawan domestik terutma yang mengunjungi pantai-pantai di Indonesia semakin meningkat tiap tahunnya. Salah satu contoh pada pantai ancol yang berada di DKI Jakarta menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) kota DKI Jakarta kunjungan wisatawan domestik ke pantai ancol pada tahun 2018 tercatat sebanyak 478.140 orang dan banyak di dominasi oleh para wisatawan yang membawa keluarganya. bahkan untuk pantaipantai yang sudah terkenal seperti pantai kuta bali bisa dikunjungi lebih dari 3000 orang dalam satu hari. Tentu masih banyak lagi pantai-pantai di indonesia yang menjadi Salah satu destinasi liburan. Angka ini tentu dapat menjadi potensi yang mumpuni untuk mewujudkan konsep perpustakaan ini, dengan terciptanya PUSPA dapat dijadikan sebagai langkah generasi muda untuk lebih gemar membaca. bahkan untuk pantai-pantai yang sudah terkenal seperti pantai kuta bali bisa dikunjungi lebih dari 3000 orang dalam satu hari. Tentu masih banyak lagi pantai-pantai di indonesia yang menjadi Salah satu destinasi liburan.
Angka ini tentu dapat menjadi potensi yang mumpuni untuk mewujudkan konsep perpustakaan ini, dengan terciptanya PUSPA dapat dijadikan sebagai langkah generasi muda untuk lebih gemar membaca. bahkan untuk pantaipantai yang sudah terkenal seperti pantai kuta bali bisa dikunjungi lebih dari 3000 orang dalam satu hari. Tentu masih banyak lagi pantai-pantai di indonesia yang menjadi Salah satu destinasi liburan. Angka ini tentu dapat menjadi potensi yang mumpuni untuk mewujudkan konsep perpustakaan ini, dengan terciptanya PUSPA dapat dijadikan sebagai langkah generasi muda untuk lebih gemar membaca.
0 Response to "PUSPA ( Perpustakaan Pantai ) Sebagai Upaya Perpaduan Budaya Membaca Dengan Rekreasi"
Post a Comment